panca kirana
 
Surabaya, BASARNAS. Pengetahuan dan keahlian dasar Search and Rescue (SAR) mutlak harus dimiliki oleh setiap Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) di lingkungan Badan SAR Nasional (BASARNAS). Sebab, nantinya pengetahuan dan keahlian ini sangat diperlukan saat mereka melaksanakan tugas-tugas SAR yang sesungguhnya.

Bagi para CPNS Badan SAR Nasional yang bertugas di kantor-kantor SAR region II, pengetahuan dan keahlian dasar SAR diberikan melalui kegiatan “Pendidikan dan Pelatihan Dasar Search and Rescue Angkatan 44”. Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di kantor SAR Surabaya, mulai tanggal 25 Mei hingga 14 Juni 2010. Pelatihan Dasar ini diikuti oleh 62 orang peserta yang berasal dari enam kantor SAR di region II, meliputi kantor SAR Surabaya, Jakarta, Semarang, Denpasar, Pontianak, dan Banjarmasin.

Masing-masing kantor SAR di region II juga mengirimkan para instruktur terlatih, baik secara teoritis maupun praktek, guna mendidik para peserta selama masa pelatihan dasar SAR. Para instruktur ini, terdiri dari dua orang dari kantor pusat BASARNAS; empat orang dari kantor SAR Surabaya; dua orang dari kantor SAR Denpasar; serta masing-masing satu orang dari kantor SAR Jakarta, kantor SAR Semarang, kantor SAR Pontianak, dan kantor SAR Banjarmasin.

Selain berasal dari lingkungan internal Badan SAR Nasional, para instruktur Pelatihan juga ada yang berasal dari LANUDAL (Pangkalan Udara TNI AL) Juanda Sidoarjo. Para Lanudal Juanda ini bertugas memberikan materi tentang kedisiplinan kepada para peserta pelatihan, sehingga diharapkan nantinya para peserta dapat menjadi pegawai yang selalu disiplin di kantornya masing-masing.

Selama 21 hari menjalani masa pelatihan, para peserta mendapatkan materi-materi SAR beserta aplikasinya di lapangan. Materi tersebut, meliputi medical first responder (MFR) atau yang lebih popular dengan istilah P3K (Pertolongan Pertama Pada Korban Kecelakaan), Explore Search and Rescue (E-SAR), prusiking atau tali-temali, lifting and lowering, helly rapeling, helly free jump, water rescue, vertical rescue, jungle rescue, dan survival.

“Pada hari-hari pertama, kami memang merasa begitu berat menjalani pelatihan dasar SAR ini. Namun pada hari-hari berikutnya, rasa itu hilang seiring dengan terbangunnya rasa senasib dan kekompakan diantara para peserta”, kata Besar Hapsari, salah seorang peserta pelatihan.

Para peserta menjalani dua minggu pertama masa pelatihan dasar di kantor lama SAR Surabaya. Sedangkan satu minggu berikutnya, para peserta menjalani aplikasi lapangan di Mojokerto dan Gresik.

“Pada minggu terakhir, kami tidak lagi menjalani masa pelatihan di Surabaya. Tiga hari pertama di minggu terakhir, kami semua bergeser ke Gunung Pundak, Pacet, kabupaten Mojokerto untuk mengaplikasikan materi navigasi darat, E-SAR, survival, dan MFR. Selain itu, kami juga melakukan hyking hingga mencapai puncak gunung Pundak dan bermalam di sana”, kata Besar.

“Setelah tiga hari di gunung, selanjutnya kami bergeser ke pantai Delegan yang terletak di kabupaten Gresik. Di lokasi ini, kami melakukan aplikasi laut, meliputi water rescue, sea survival, dayung perahu, dan mengoperasikan motor tempel”, tambah Besar.


Penutupan Latihan Dasar

Kepala Kantor SAR Surabaya, Sutrisno, S.Sos., MM., Selasa (15/6/2010) memimpin upacara penutupan kegiatan Pelatihan Dasar SAR angkatan 44 region II di halaman kantor SAR Surabaya. Upacara penutupan ini dihadiri oleh tamu undangan dari Skadron 400 TNI AL, Lanudal Juanda, Koarmatim, Kepala Kantor SAR Region II, dan beberapa instansi pemerintah di wilayah Surabaya.

Acara penutupan latihan dasar SAR dimeriahkan oleh hiburan elektone dan karaoke. Para peserta, instruktur, maupun pegawai Kantor SAR Surabaya pun bergembira ria dengan bernyanyi dan berjoget bersama. Bagi para peserta, hiburan ini menjadi media untuk meluapkan semua rasa penat dan letih setelah 21 hari menjalani pelatihan.

Puncak acara penutupan latihan dasar ditandai dengan prosesi penyiraman air kembang oleh para instruktur kepada setiap peserta. Kemudian semua instruktur dan peserta pelatihan berjabat tangan sambil menyanyikan lagu “Kemesraan”. Pada saat yang sama, banyak diantara peserta yang menangis terharu karena akan berpisah dan kembali ke kantor mereka masing-masing. (Tholib/Humas Kansar Surabaya)
Picture
 
Picture
SAR, akronim dari Search and Rescue, adalah kegiatan dan usaha mencari, menolong, dan menyelamatkan jiwa manusia yang hilang atau dikhawatirkan hilang atau menghadapi bahaya dalam musibah-musibah seperti pelayaran, penerbangan, dan bencana. Istilah SAR telah digunakan secara internasional tak heran jika sudah sangat mendunia sehingga menjadi tidak asing bagi orang di belahan dunia manapun tidak terkecuali di Indonesia.

Operasi SAR dilaksanakan tidak hanya pada daerah dengan medan berat seperti di laut, hutan, gurun pasir, tapi juga dilaksanakan di daerah perkotaan. Operasi SAR seharusnya dilakuan oleh personal yang memiliki ketrampilan dan teknik untuk tidak membahayakan tim penolongnya sendiri maupun korbannya. Operasi SAR dilaksanakan terhadap musibah penerbangan seperti pesawat jatuh, mendarat darurat dan lain-lain, sementara pada musibah pelayaran bila terjadi kapal tenggelam, terbakar, tabrakan, kandas dan lain-lain. Demikian juga terhadal adanya musibah lainnya seperti kebakaran, gedung runtuh, kecelakaan kereta api dan lain-lain.

Terhadap musibah bencana alam, operasi SAR merupakan salah satu rangkaian dari siklus penanganan kedaruratan penanggulan bencana alam. Siklus tersebut terdiri dari pencegahan (mitigasi) , kesiagaan (preparedness), tanggap darurat (response) dan pemulihan (recovery), dimana operasi SAR merupakan bagian dari tindakan dalam tanggap darurat.

Di bidang pelayaran dan penerbangan, segala aspek yang melingkupinya termasuk masalah keselamatan dan keadaan bahaya, telah diatur oleh badan internasional IMO dan ICAO melalui konvensi internasional. Sebagai pedoman pelaksanaan operasi SAR, diterbitkan IAMSAR Manual yang merupakan pedoman bagi negara anggotanya dalam pelaksaan operasi SAR untuk pelayaran dan penerbangan. Untuk menyeragamkan tindakan agar dicapai suatu hasil yang maksimal maka digunakan suatu Sistem SAR (SAR Sistem) yang perlu dipahami bagi semua pihak terlibat. Dalam pelaksanaan operasi SAR melibatkan banyak pihak baik dari militer, kepolisian, aparat pemerintah, organisasi masyrakat dan lain-lainnya. Demikian juga sesuai dengan ketentuan IMO dan ICAO setiap negara wajib melaksanakan operasi SAR. Instansi yang bertanggung jawab di bidang SAR berbeda-beda untuk setiap negara sesuai dengan ketentuan berlaku di masing-masing negara, di Indonesia tugas tersebut diemban oleh Badan SAR Nasional (BASARNAS).



    SAR

    Di Indonesia, Badan SAR Nasional (BASARNAS) Merupakan badan organisasi SAR tertinggi yang ada dan di bentuk oleh Pemerintah. Badan ini bertugas pengkoordinasian usaha dan kegiatan pencarian, pemberian pertolongan dan penyelamatan sesuai dengan aturan SAR Nasional dan Internasional terhadap orang-orang maupun materi yang hilang.

    Untuk mempermudah jalanya tugas BASARNAS, Maka BASARNAS memiliki kantor-kantor koordinator RESCUE (KKR) dan Sub Koordinasi Rescue (SKR) yang ada di daerah-daerah, namun dalam pelaksanaanya, BASARNAS belum dapat berfungsi secara optimal mengingat keterbatasan yangb dimiliki. Beberapa organisasi yang berdiri sendiri (bebas), seperti Perhimpunan Pencinta Alam turut andil cukup besar dalam SAR Di Indonesia terutama SAR GUNUNG HUTAN.

    Archives

    July 2010

    Categories

    All
    Sar
    Sejarah Sar

    RSS Feed


panca kirana