panca kirana
 
Dua hari di hotel Ciputra Semarang kami bosan dengan makanan yang begitu-begitu saja.

Maka kami turun ke simpang lima, berjalan mengitari melihat para pedagang kaki lima.

Banyak sekali penjual makan … ada yang jual sop kaki kambing, soto, sate, dan lainnya.

Diantara para penjual itu tampak di pojokan penjual pecel yang amat ramai, mbok Sador namanya, seperti yang tertera di tendanya.

Dia menempati sekitar 4 x 4 meter di trotoar, bukanya setelah maghrib.

Mejanya hanya 1 x 3 meter tapi kursinya wow dua lapis mengelilingi mejanya (saya hitung ada sekitar 30 kursi)

Itupun masih ada pembelinya sampai antri berdiri karena tidak kebagian kursi.

Yang melayani dua orang dan ada petugas yang mengatur dan memperhatikan mana pembeli yang datang duluan dan yang belakang, masih ditambah lagi dua orang khusus melayani minuman.

Padahal ada tiga sampai empat penjual pecel di sekitar simpang lima, entah kenapa yang satu ini sangat laris.

Penasaran, kamipun mencobanya.

Ternyata sebenarnya yang dijual biasa saja.

Pecel dengan berbagai sayuran … daun bayam, daun ketela, bunga turi dan sebagainya.

Sambal pecelnya rasanya agak pedas dan terlalu manis bagi lidah kami yang berasal dari Surabaya.

Ada pilihan ikan yang bisa dipilih… daging, paru, hati, limpa, sate kerang, sate usus ayam.

Dan satu lagi … bantal (tadinya kami juga heran kok ada ikan bantal … ternyata itu adalah makanan kecil semacam martabak dalam ukuran 5 x 5 cm).

Peyek atau kerupuknya diremuk kecil-kecil ditaruh di bagian paling bawah dari nasi, tidak seperti baiasanya nasi pecel yang kerupuknya dibuat sebagai toping.

Porsinya sangat besar bagi kami (kami hanya sanggup makan setengah porsi, itupun sudah dengan terengah-engah)

Sambil menunggu kami dilayani yang hingga seperempat jam, kami sempat memperhatikan para pembeli lain.

Pembelinya mulai dari pegawai yang baru pulang kantor (terlihat masih pakai seragam kerjanya), ada juga anak-anak mahasiswa yang baru pulang kuliah, tapi ada juga yang kelihatannya memang sengaja datang ke situ untuk makan.

Kala ada pengamen yang mencoba mengamen, ditolak secara halus oleh penjual pecel, hingga kamipun tidak perlu direpotkan untuk menyiapkan uang bagi pengamen.

Ketika kami selesai makan dan membayar ternyata harganya tidaklah mahal, per porsi termasuk es jeruk hanyalah Rp 15.000,-

Barangkali itulah salah satu daya tarik warung ini, namun yang lebih menarik bagi kami adalah para pembelinya banyak yang cantik-cantik dengan bau wangi menyerbak.

Hmmmmmm.
 
Picture
Jalan-jalan ke Jogya memang tak pernah membosankan. Kota ini punya sejuta daya tarik yang membuat kita mau datang dan datang lagi. Setiap kali bertugas ke Jogya, aku selalu menyempatkan diri menyusuri sepanjang jalan Malioboro. Rasanya menyenangkan melihat berbagai barang yang dijual para pedagang Malioboro, mulai baju batik, wayang, kaos khas Jogya, sandal kulit hingga beragam asesories bisa kita dapatkan di sini. Harganya juga murah tetapi dengan catatan kita harus pintar-pintar menawar. Minggu lalu saat aku kembali datang ke Jogya aku pun melakukan hal yang sama, yaitu berjalan-jalan mulai dari setasiun Tugu hingga benteng Vradeburg. Setelah selesai mengantar teman berburu scarf dengan harga murah di Mirota batik, kami pun merasa kelaparan. Tetapi terus terang aku dan teman-teman kurang begitu tertarik dengan makanan yang dijual di sepanjang jalan Malioboro. Oleh karena itu kami memutuskan mencari kuliner lain khas Jogya. Salah satu teman baikku yang berdomisili di Jogya langsung mengajak kami menuju ke kawasan jalan Kaliurang. Semula kupikir ia akan membawa kami ke daerah Pakem atau Kaliurang atas. Ternyata aku salah, sebab setelah melewati jalan Kaliurang km 8 ia membelokkan mobilnya ke kiri. Aku sempat melihat bahwasanya kami melewati perumahan Merapi View (salah satu perumahan elite di utara Jogya) sebelum berhenti di sebuah warung. Tertulis di kain spanduknya Warung Kupat Tahu Kancilan Jl. Kapten Haryadi, Sinduhardjo, Ngaglik Sleman Jogyakarta. Aku pun turun dari mobil dan masuk ke dalam warung tersebut. Menurutku menyenangkan karena terletak di dekat persawahan sehingga hawanya masih sejuk. Bangunan warungnya juga separo tembok saja seperti bangunan depan rumah khas Jawa Tengah yang lama. Kami pun memesan beberapa porsi kupat tahu untuk disantap. Sembari menunggu kupat tahu dihidangkan, kami menyantap tempe goreng tepung yang baru turun dari wajan (panas) dan menyeruput segelas tape ketan hijau panas. Wow uenak banget. Tiba saat kupat tahu disajikan. Aku langsung buru-buru memotretnya sebentar karena sudah tak sabar untuk memakannya. Dalam sepiring Kupat Tahu ini berisi beberapa iris kupat, beberapa iris tahu goreng setengah matang, kul mentah, taoge rebus, taburan bawang merah, rajangan seledri dan kerupuk. Sedangkan bumbunya sepertinya merupakan perpaduan dari kecap, kacang tanah goreng, bawang putih, cabe rawit, air, gula dan garam. Rasa kupat tahu ini ternyata enak juga antara manis, asin dan pedas. Makanya tak heran bila banyak pembelinya. “Warung kupat tahu ini sudah berdiri sejak tahun 1991,” kata bu Kardi, pemilik warung kupat tahu Kancilan. Menurutnya, mereka biasa buka warungnya dari jam 8 pagi hingga 8 malam. Pelanggannya tak tanya warga sekitar warung tersebut. Karena ketagihan tahu kupat bikinan bu Kardi, para pelanggan dari berbagai wilayah Jogya mau jauh-jauh makan disini. Apalagi harganya memang masih murah. Seporsi kupat tahu hanya dihargai sebesar 5 ribu perak. Boleh Anda coba mampir kesana kalau sedang berlibur ke Jogya. Tetapi jika Anda berada jauh dari kota Jogya, silakan segera pergi ke pasar untuk membeli bahan dan bumbunya dan selanjutnya segera memasak sendiri.

Resep Kupat Tahu

Bahan : 2 buah kupat, 100 gram taoge, kol dan seledri secukupnya, seledri, 2 buah tahu, bawang goreng dan kerupuk putih

Bumbu : 3 buah cabe rawit, 2 siung bawang putih, 2 sdm kacang goreng, kecap manis, gula merah, air dan garam secukupnya

Cara membuat :

-rebus taoge sebentar dalam air panas.

-goreng tahu setengah matang

- haluskan bumbu-bumbu yang sudah disiapkan

- tata dalam piring, kupat yang sudah dipotong-potong, tahu goreng, taoge rebus, dan kul. Lalu guyur kuah bumbu diatasnya. Kemudian taburi bawang goreng,rajangan seledri dan kerupuk

-kupat tahu siap disantap.

 
Kemarin saya sempat mengunjungi Lawangsewu, sebuah gedung tua yang terletak di persimpangan Tugu Muda kota Semarang, tepat di seberang rumah dinas Gubernur Jawa Tengah.

Lawangsewu sempat terkenal karena acara “uji nyali” di sebuah televisi swasta.

Dalam acara tersebut diceritakan bahwa di gedung tersebut banyak dihuni para makhluk halus, yang berasal dari roh orang-orang yang dibunuh di gedung tersebut pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang.

Saat ini gedung yang merupakan milik PT kereta Api tersebut tengah direnovasi.

Konon kabarnya akan dimanfaatkan sebagai museum Kereta Api.

Untuk masuk ke sana kita disuruh bayar Rp 10.000 (entah ini biaya resmi atau enggak karena saya tak diberi  tiket, pokoknya kasih uang Rp 10.000, sudah .. langsung boleh masuk)

Ada juga penunjuk jalan dengan tarif terserah kita, boleh ngasih Rp 20.000 atau Rp 40.000.

Si penunjuk jalan akan terus berbicara kepada kita sepanjang berjalan-jalan di gedung tua itu, sambil sesekali menawarkan untuk mengambil foto.

Entah benar atau tidak yang diceritakan oleh sang penunjuk tadi, saya kurang memperhatikan.

Saya terus saja berjalan mengitari gedung dan mengagumi arsitek gedung tersebut.

Antar ruangannya membentuk sebuah lorong yang panjang dan menimbulkan kesan seram.

Kata si pengantar di lorong-lorong yang membatasi ruangan itu orang sering melihat munculnya penampakan makhluk halus.

Sudah satu setengah jam saya di lawangsewu, tak ada makhluk halus satupun yang menampakkan diri.

Sementara langit sudah semakin gelap menuju malam, ruangan-ruangan di gedung tua lawangsewu tak lagi kelihatan secara jelas.

Semoga saja renovasinya cepat selesai, sehingga kita bisa menikmati arsitek gedung tua peninggalan zaman Belanda itu lebih nikmat.

http://wisata.kompasiana.com/group/jalan-jalan/2010/07/22/lawangsewu/
 
Bagi saya jalan-jalan sangat membuat saya antusias dan senang dalam mempersiapkannya. Apalagi mengetahui bahwa saya akan menuju tempat baru yang belum pernah saya datangi rasanya tidak sabaran untuk berangkat. Beberapa hari ini saya lumayan rajin online di salah satu situs komunitas backpacker. Awalnya saya bergabung tujuannya adalah untuk mendapatkan teman baru dari berbagai belahan dunia dan siapa tahu saja bisa traveling sama-sama. Dalam forum diskusi yang kami lakukan ada topic yang cukup bikin saya tertarik yaitu, Honeymoon sambil backpacker(an). Dari beberapa percakapan yang saya ikuti hampir semuanya ingin sekali melakukan hal ini bahkan ada yang sudah pernah melakukannya (maklum hampir semuanya masih pada belum married bahkan banyak juga yang jomblo kayak saya hehehehe). Selama ini orang hanya melihat bahwa bulan madu haruslah pergi ke tempat-tempat yang romantis. Kalau menurut saya bulan madu yang dilakukan para newlyweds saat ini hanyalah aktivitas yang membosankan, paling-paling selama bulan madu kerjaannya cuma ngamar doank apalagi kalau tempat bulan madunya sudah pernah didatangi beberapa kali. Adanya malah buang-buang uang karena cuma pindah tempat buat ngamar doank hehehehe.

Kalau menurut saya pribadi ada beberapa keuntungan yang bisa didapat kalau kita bulan madu sambil backpacker(an).



  1. Biaya yang biasanya untuk satu tempat saja bisa dengan “backpack management” bisa dialokasikan ke beberapa tempat. Biasanya dalam merencanakan bulan madu setiap orang biasanya tidak mau ribet berapapun biayanya pasti mau. Namun bukannya bermaksud untuk perhitungan, kan ga salah juga bisa jalan-jalan dengan pasangan kita ke beberapa tempat yang belum pernah didatangi dengan biaya yang hemat. Kebayang donk hari ini kita sama pasangan kita berlayar di Halong Bay dan keesokannya catching sunrise di Luang Prabang.
  2. Sebagai salah satu cara mengetahui tabiat asli masing-masing, hal ini beneran lho, biasanya pada saat jalan-jalan as a backpacker tabiat masing-masing individu yang asli akan keluar, nah disaat inilah masing-masing individu diuji kesabarannya bener ga sih mereka akan setia sesuai dengan janji-janji manis pas nikah. Dan akhirnya kita bisa tahu pasangan kita ini apakah memang setia disaat suka dan duka.
  3. Punya teman traveling yang bisa diajak “tidur berdua secara sah”. Ini sih pendapat pribadi aja, kan garing juga kalo traveling sendiri atau ama teman-teman tapi hanya diteman selimut dan bantal LOL!


Dari kesemua keuntungan tersebut sebenarnya kembali lagi ke individu masing-masing, karena tidak semua orang juga suka jalan-jalan. Atau juga tidak mau ribet ngurusin keribetan persiapan kalau mau bulan madu/traveling. Setidaknya bulan madu sambil backpacker(an) bisa jadi salah satu alternatif pilihan.
 
Start blogging by creating a new post. You can edit or delete me by clicking under the comments. You can also customize your sidebar by dragging in elements from the top bar.

panca kirana